Family · Married Life · Romance

Conditional Marriage [Chapter 1]

webcam-toy-photo3

Author: Hyerina

Genre: Romance, Married Life, Family

Rating: PG-17

Ahn Hyerin | Cho Kyuhyun | Jeon | Ahn Yeseul

DON’T BE A SILENT READER ❤

Seoul national hospital, South korea.

Ahn Hyerin berpangku tangan, mengamati lukisan seorang gadis remaja yang sedang tertidur pada kanvas didepannya dengan cermat. Gadis itu kemudian meletakkan kuas di tangan kanannya, sementara pandangannya berpindah pada adiknya yang terbaring di tempat tidur dan tersenyum. Mirip, pikirnya. Hanya saja Hyerin tidak melukis alat bantu pernafasan yang menutupi hidung ramping dan bibir adiknya yang semerah buah ceri itu.

Senyum di wajah cantik Hyerin memudar. Entah mengapa tiba-tiba perasaannya kacau. Sampai kapan ia harus menjalani kehidupan seperti ini? Ini terlalu berat untuknya. Gadis itu hanya seorang guru kesenian yang bahkan baru tamat sekolah. tapi setelah kematian orang tuanya, ia harus menghidupi adiknya yang sedang sakit keras sendirian dan mencari tempat tinggal baruㅡ mengingat rumahnya telah disegel akibat hutang mendiang ayahnya yang belum lunas.

Sementara satu-satunya harapan gadis itu hanyalah kepala sekolah tempat ia berkerja yang bisa meminjamkannya uang. Namun sudah sepuluh kali kepala sekolah memarahinya karena kecerobohannya, Bagaimana bisa ia meminta belas kasihannya sedangkan ia buruk di mata atasannya itu? Tiba-tiba saja semua kecemasan itu buyar ketika ponsel disaku jeansnya berdering.

“Yeoboseyo, Minyoung-ssi?” sahut Hyerin riang, memaksakan diri untuk terdengar baik-baik sajaㅡ sambil menyeka air matanya. setidaknya dia sedikit berharap rekan kerjanya membawa kabar bagus untuknya; seperti misalnya hari senin sekolah diliburkan atau upacara yang menguras tenaganya ditiadakan mungkin?

“Hyerin-ssi, kau dipanggil Tuan kepala sekolah hari ini.”

“M-Mwo?” seketika semangat Hyerin kembali meredup mendengar jawaban Minyoung. Ia baru saja memikirkan pria itu dan mimpi buruk itu sepertinya menjadi nyata. “A-Apa aku melakukan kesalahan lagi?”

“Ani, ani. Dia menyuruhmu membantunya mengurus data murid. Kau kan sudah ditunjuk menjadi wakil kepala sekolah, kau ini bagaimana?”

“T-Tapi yang benar saja.. Masa hari ini?” Hyerin masih tidak terima tapi ia tetap bangkit dari kursinyaㅡ mulai menyisir rambut coklat panjangnya memakai dress biru formal selutut miliknya yang memamerkan betis jenjangnya.

“Loh memangnya kenapa kalau hari ini? Justru kesempatan kan kau bisa berduaan dengan Tuan Cho.. Aigoo.. Kau sangat beruntung. Jika aku menjadi kau, aku rela 24 jam bersamanya”

Hyerin bergidik geli membayangkan ekspresi genit Minyoung diseberang telepon. Pasti sekarang gadis itu sedang menangkup kedua pipinya sendiri sambil memikirkan pria sialan itu.

“Jinjja, apa yang membuat semua orang tergila-gila padanya?” keluh Hyerin dengan nada jijik sambil meletakkan sisirnya dengan kesal. Gadis itu bersumpah, dia tidak pernah sekesal itu dengan seorangpun selain Cho Kyuhyun. Sedangkan Minyoungㅡ Bukan hanya Minyoung, tapi guru-guru lainpun mengagumi sang kepala sekolah hanya karena penampilannya. Padahal sifatnya sangat berlawanan dengan perawakannya yang katanya seperti malaikat itu; dia egois, dan selalu berkata seenaknya pada bawahannya.

“Baiklah, aku kesana.”

*

Dan disinilah Hyerin sekarang. Sebuah gedung megah dengan taman luas bertanamkan pohon-pohon blossom yang bunganya berguguran setiap musim semi tiba. Ya, Seoul art School, sekolah kesenian terbesar di korea selatanㅡ tempat dimana gadis itu mengabdi sebagai guru lukis. Disini selalu ramai, tidak terkecuali hari minggu; buktinya masih banyak siswa-siswa kurang kerjaan berkeliaran yang sekarang bersiul dan mengedip genit pada gadis itu. Hyerin bergidik. Mungkin tidak sadar bahwa dirinya lah yang ‘menggoda’ mereka secara tidak langsung dengan kecantikannya.

“Selamat siang..” sapa Hyerin ketika memasuki ruang kepala sekolah. Yang dimaksud kepala sekolah adalah orang yang duduk santai didepannya, yang memakai nametag ‘Cho Kyuhyun’ di kemejanya. Pria berusia akhiran 30 tahun yang memiliki wajah tampan; bermata tajam, berhidung mancung dan memiliki senyum yang sangat menawan seperti malaikat. Sempurna. Hyerin tidak pernah memperhatikan pria ini secara detail sebelumnya dan sekarang ia mengerti kenapa semua guru disekolah menyukainya. Baiklah, gadis itu mengakui bahwa Cho Kyuhyun memang tampan. Tapi bukan berarti dia menyukainya. Apapun alasannya, dia tetap menyebalkan.

“Kenapa kau melihatku seperti itu? Duduk.” suruh pria itu.

“Eh, eh? I-Iya.” Hyerin gelagapan saat tertangkap basah memperhatikan Kyuhyun. Ya tuhan, semoga saja pria itu tidak punya indra keenam atau semacamnya dan membaca pikirannya. Gadis itu duduk, menghela nafas sejenak sebelum pikirannya kembali melayang saat Kyuhyun sibuk mengambilkan sesuatu dibawah mejanya. seharusnya hari ini ia sedang menemani adiknya sambil menikmati ocha hangat sambil membaca majalah kesukaannya atau pergi ke supermarket untuk berbelanja snack untuk adiknya, atau pergi ke museum dan melihat dunia diluar sekolah penjara itu. Demi apapun, hari ini hari minggu! Lalu kenapa pria ini tidak bisa membiarkannya istirahat sehari saja? Dan sekarang Kyuhyun menyodorkan map tebal berisi segunung kertas kepadanya dengan santai.

“Hyerin-ssi.. aku mau besok malam semua data ini sudah selesai.”

Mata gadis itu melebar begitu mendengar perintah Kyuhyun. Yang benar saja? mana mungkin dia bisa menyelesaikan data sebanyak ini dalam waktu sehari saja?

“T-Tapiㅡ” gadis itu sempat nyaris membantah sebelum Kyuhyun membungkamnya dengan tatapan tajam.
“Aku sengaja memanggilmu hari ini agar kau bisa mempersiapkannya lebih awal. Dan sabtu kemarin kau sudah kuberi jatah libur, Jadi tidak ada tapi-tapi.”

“B-Baiklah..”

“Nah, Kalau begitu cepat pergi. Sesimu sudah habis.”

Apa-apaan itu? Setelah gadis itu repot-repot datang kesini, dia mengusirnya? Dan tadi dia bilang ‘sesi’?? Memangnya pria itu pikir ia kesini untuk berfoto bersama dan meminta tanda tangan di albumnya?! Seperti fanmeeting saja!

“Apa lagi yang kau tunggㅡ”

“Selamat siang, Tuan Cho~” keduanya terbungkam ketika beberapa orang wanita berpakaian minim masuk keruangan dan langsung menghampiri Kyuhyun bahkan menyenggol Hyerin tanpa menganggapnya ada disana. Dugaan gadis itu benar, dia lupa bahwa Kyuhyun memang banyak fans.

Hyerin hampir membanting pintu saat keluar ruangan dan menyumpah serapahi pria menyebalkan itu. Tapi.. sekesal apapun dirinya saat ini, ia tetap harus melakukan yang terbaik didepan atasannya. Gadis itu tidak ingin kemungkinan terburuk terjadi; membuat Kyuhyun kesal dan menolak permohonan pinjamannya atau lebih parah; dipecat.

*

Kyuhyun menghentikan langkahnya begitu menangkap sinar lampu di antara ruangan-ruangan yang sudah gelap di sekolah. Pria itu menatap jam tangannya lagiㅡ memastikan apakah sekarang benar-benar sudah pukul 12 malam. Siapa yang masih belum pulang jam segini?

Ia masuk kedalam ruangan itu untuk memastikannya, sebelum menemukan gadis yang sedang tertidur sambil menelungkupkan tangannya di mejanya yang porak poranda.

“Dia benar-benar mengerjakannya sampai semalam ini? Bodoh.” umpat Kyuhyun seraya menghampiri gadis yang ia yakini adalah Ahn Hyerin. Tentu saja, hanya Ahn Hyerin bawahannya yang nekat melakukan apa yang ia suruh. Memangnya siapa lagi?

“Kau penurut sekali ya..” Kyuhyun tersenyum miring, jari-jari usilnya mengelus helai rambut coklat milik Hyerin. Entah apa maksudnya, tapi ia berharap Hyerin tidak mendengarnya karena gadis itu langsung terbangun ketika Kyuhyun menyentuh rambutnya.

“U-Ungㅡ” Hyerin mengucek matanya dan buru-buru mengemaskan barang-barangnya begitu melihat sosok pria yang sedang melayangkan tatapan dingin padanya. “Tuan Choㅡ”

“Ayo.” Kyuhyun menarik tangan gadis yang masih setengah sadar ituㅡ membawanya menuju pintu gerbang sekolahㅡ melewati koridor yang sudah sangat gelap.

“K-Kau mau membawaku kemana?”
Kyuhyun berhenti didepan mobil lexus putih miliknya. “Kuantar kau pulang, Masuk.” suruh Kyuhyun. Masuk? Ke mobilnya? Apa dia tidak salah dengar?

“Eh? T-Tidak usah, aku bisa pulang sendiri.” tolak Hyerin yang membuat Kyuhyun mengerenyit. Dia sedikit heran baru kali ini seorang wanita menolak bantuannyaㅡ mengingat malam-malam sebelumnya banyak guru wanita bahkan siswi-siswi mengajaknya kerumah. bahkan ada yang pura-pura sakit agar Kyuhyun mengantarkannya pulang.

“Memangnya kau pikir kau bisa pulang naik apa? Ini sudah jam 12 malam. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa dan tidak masuk besok. Kerjaanmu belum selesai.” ujar Kyuhyun lagi. Hyerin refleks menatap jam tangannya dan terkejut. “Eeh?”

“Kajja.” Sejak kapan Cho Kyuhyun peduli terhadapnya dan sejak kapan dadanya berdebar-debar seperti ini didepan pria menjengkelkan itu? Tidak ada sejarahnya. Ini pasti hanya rasa canggung karena momen seperti ini sangat jarang terjadi. Apalagi saat mereka sudah didalam mobilㅡ mereka hanya berdua dan tidak ada yang berusaha untuk memulai pembicaraan. Pasti semua itu hanya sebatas kecanggungan biasa karena mereka memang tidak dekat satu sama lain.

Tapi syukurlah, beberapa belas menit berikutnya ketegangan itu berakhir setelah Hyerin menunjuk bangunan putih besar disebelah kirinya, bermaksud menyuruh Kyuhyun meminggirkan mobilnya.
“Nah, sudah sampai.” ujar Hyerin seraya melepas sabuk pengamannya, Pria disebelahnya tertegun.

“Mwo? rumah sakit?”

“Neh, adikku di rawat disini.” Kyuhyun terdiam sejenak. “Kau sendirian?”

Hyerin mengangguk. “Tadinya, tidak.”

“Orang tuamu?” Gadis itu hanya menggeleng. Kyuhyun menatapnya heran sesaatㅡ seakan bertanya dimana orangtuanya namun gadis itu malah salah tingkah dan merasakan kupu-kupu terbang didalam perutnya ketika Kyuhyun memandangnya. “Sudahlah.. Tuan Cho, Terima kasih sudah mengantarku..” ucap Hyerin sedikit gugup.

“Ya. Kalau saja tadi kau tidak nekat ketiduran di sekolah, aku tidak perlu repot-repot mengantarmu.” hanya mendengar balasan itu saja kupu-kupu didalam perutnya langsung terbang keluar. “Mwoya?” Hyerin memekik kesal. Cho Kyuhyun memang benar-benar menyebalkan.

*

“Yeseul, Aku pulang.” bisik Hyerin walaupun dia tahu adiknya tidak akan menjawabnya. Gadis itu menghela nafas, miris melihat selang infus yang terpasang di beberapa bagian tubuh adiknya. Bagaimana ini? Kejadian tadi sedikit membuat kekesalan Hyerin pada Kyuhyun sedikit berkurang, tapi ia justru malah tambah segan ingin meminjam uang padanya. Yang benar saja?

“Hyerin Eonni..” Hyerin tersentak begitu menyadari Yeseul menggumamkan namanya.

“Yeseul!” Gadis itu segera mendekap adiknya erat dalam rangka melampiaskan kebahagiaannyaㅡ ia benar-benar tidak menyangka adiknya bisa pulih secepat ini.
“Syukurlah akhirnya kau sudah sadar..”

“Ne, eonni. Tadi aku dengar dokter bilang aku sudah bisa makan seperti biasa, tapi aku tetap harus operasi. Memangnya kalau tidak operasi kenapa eonni?”

Kalau tidak operasi.. maka bisa saja organ tubuhmu semakin rusak, bahkan aku bisa kehilanganmu, Yeseul.. Maka dari itu, aku harus mendapatkan uang untuk operasimu

“Eonni.. Kenapa kau diam saja? Eonni..”

Hyerin mengelus rambut adiknya yang sekarang menatapnya penuh harap. “Kalau tidak operasi penyakitmu akan semakin parah. Tapi jika di operasi, kemungkinan besar kau bisa sembuh dan kau akan kembali ke sekolah, kau bisa bermain dengan teman-temanmu lagi. Dan bertemu dengan seniormu yang kau sukai itu. Siapa namanya?”

Pipi Yeseul kontan memerah mendengar ledekan kakaknya. “RaㅡRahasia dong! Eonni belum boleh tau, nanti kalau umur kita sudah sama baru akan kuberi tahu.”

“Umur kita sudah sama? Tungguㅡ Itu tidak akan pernah terjadi!” Yeseul tertawa setelah mengerjai Hyerin, kemudian matanya teralihkan kearah cahaya gemerlap di bawah rumah sakit.

“Eonni, lihat!”

Yeseul memandang iri beberapa kelompok orangㅡ lebih tepatnya keluarga yang ada di bawah sana. Sebuah restoran mewah.

“Kapan kita seperti itu ya, eonni? Coba saja eomma dan appa masih ada..”

“Eoh? Tidak ada appa dan eomma sama saja. Mereka tidak akan pernah membuat kita bahagia seperti anak-anak lain diluar sana.” Hyerin sedikit menyesal saat mengatakan hal buruk tentang orang tuanya yang sudah meninggal. Tapi kenyataannya memang benar, ia menginginkan kehidupan yang lebih dari ini.

“Eonni..” Yeseul menatap Hyerin dengan iba.

“Eonni pasti akan mengajaknya kesana nanti. Eonni akan berkerja keras. Tenang saja, Sebaiknya sekarang kau tidur” ujar Hyerin seraya memalingkan wajahnya dari Yeseul, kemudian mengambil kuas dari laci didekat kasur yang ditiduri adiknya. Gadis itu menggores kuasnya di kanvas yang masih kosong. Besok ia harus menjual karya-karyanya ke seseorang untuk dipajang di sebuah museum di Korea.

*

Daelim Art Distributor, South Korea.

“Totalnya 20000 won” ujar seorang pria berpakaian formal didepan Hyerin sambil melirik lagi lukisan-lukisan buatan gadis itu sesekali. Sementara wajah Hyerin tampak pucat setelah mendengar nominal yang disebutkan pria itu. Tentu saja, dia tidak terima lukisan yang sudah dia kerjakan sampai mengorbankan jam tidurnya hanya dihargai seadanya. Jangankan 20000won bisa untuk membiayai operasi Yeseul untuk sekedar mengganti makanan sehari-harinyapun tak cukup!

“H-Hanya segitu?” Protes Hyerin dengan suara parau.

“Hanya segitu katamu? Kau pikir lukisan ini bisa dijual mahal? Ini sangat biasa!” Suara pria itu meninggiㅡ membuat tubuh Hyerin gemetaran. “Ya, Ahn Hyerin, Akhir akhir ini kau mabuk sehingga gambarmu mencong-mencong begini?”

“Mianhae..” Hyerin membungkuk lalu lari keluar tanpa membawa lukisannya. Terserah. Ia benar-benar sakit hati.

“Ya! Kau mau dibayar atau tidak??” Pria itu berteriak tapi Hyerin sudah terlanjur menangis. Kejadian barusan membuat Hyerin semakin membenci nasibnya. Menjadi orang yang tidak mampu memang sangat sulit; semua orang memandang rendah dirimu dan memperlakukanmu seperti barang bekas.

*

“Aku tidak bisa meminjamkan uang itu karena kau belum genap setahun mengajar di sekolah ini.” jelas Kyuhyun tanpa berpaling dari laptopnyaㅡ alih-alih melirik lawan bicaranya.

“T-Tapi.. Aku akan lakukan apapun demi uang itu. Aku benar-benar membutuhkannya saat ini, Apapun persyaratannya aku akan melaksanakannya, Tuan Cho!” Hyerin membungkuk berkali-kali didepan pria itu. Ia tidak mendapat uang dari hasil lukisannya sehingga akhirnya harus meminjam pada Kyuhyun untuk biaya operasi Yeseul. Masa bodoh dengan harga dirinya. Dia harus mendapatkan uangnya demi adik satu-satunya itu. Mendengar pernyataan yang sepertinya serius itu, Kyuhyun menutup laptopnya.

“Apapun?” Bibir Kyuhyun tertarik kesampingㅡ membuat jantung Hyerin berdegup kencang. beberapa rencana jahat dibalik senyum licik itu sempat berenang-renang dalam bayangan Hyerin.

“Kau harus menikah denganku.”

Menikah?

Hyerin tidak berkutikㅡ otaknya masih mencerna deretan kalimat itu sebelum akhirnya sadar dan darahnya berdesir hebat. Dia tidak serendah itu, Menyetujui persyaratan itu sama saja ia menggadaikan dirinya pada Cho Kyuhyun. Pria itu berpikir bahwa semua bisa didapatkan dengan uang. Bahkan pernikahanpun bisa ia laksanakan secepatnya hanya dengan meminjamkan uang.

Menikah bukanlah sesuatu yang mudah, menikah berarti siap membangun rumah tangga sendiri, mengurus segala perkerjaan rumah dan melakukan apa yang suami istri lakukan.. Memikirkan itu membuat pipinya memanas. Hyerin menggeleng cepat, buru-buru menghapuskan pikiran itu dan mulai membantahnya.

“T-Tapi kenapa? Kenapa aku harus menikah denganmu? Bukannya kau membenciku karena aku sering membuatmu kesal? Lalu kenapa sekarang kau ingin menikah denganku?”
Pertanyaan Hyerin membuat pria didepannya menghela nafas. “Jangan percaya diri dulu. Aku ingin menikah hanya untuk status. Bukan berarti aku menyukaimu.”

“M-Mwo?” Hyerin mencelos. Jujur saja gadis itu tidak bisa memungkiri bahwa tadinya memang ia sempat berpikir bahwa Kyuhyun mempunyai perasaan padanya. Seharusnya ia ingat bahwa Kyuhyun adalah pria licik. Mana mungkin ia semudah itu menikahi perempuan yang bahkan bukan siapa-siapa tanpa maksud tertentu? Lebih baik ia mencari uang sendiri daripada harus menikah hanya untuk kesenangan pria itu.

“Apa itu sulit?” pertanyaan jenis apa itu? Tentu saja!

“Hmm baiklah aku akan memberimu keringanan. Jika kau setuju, Kau tidak perlu mengembalikan uang itu dan aku akan menanggung semua yang kau mau.

Semuanya?

Logika gadis itu mulai bereaksi, ia mulai memikirkan impiannya dan adiknya. Ia ingin merubah nasibnya, meninggalkan kehidupan menyakitkan yang orangtuanya wariskan padanya. Jika ia menyetujuinya, maka Kyuhyun akan semua mewujudkan. namun hatinya tetap berusaha menolak. Tidak, sampai kapanpun ia tidak akan menyerahkan dirinya untuk Cho Kyuhyun. Tidak akan pernah.

“Kau bisa memikirkannya dulu. Tapi jika kau berubah pikiran, kau boleh datang lagi.”

*

Sudah hampir satu jam Hyerin mondar-mandir didepan ruang ICU sambil menggigiti bibirnya. Jantungnya tak berhenti berdegup kencang membayangkan apa yang sedang terjadi didalam sana. Satu jam sebelumnya kondisi Yeseul kembali parah, ia kejang-kejang sehingga harus dibawa ke ruangan perawatan yang lebih intesif. Tidak lama dokter yang menanganinya keluar ruangan dan kini rasanya jantung Hyerin ditarik keluar dari tempatnyaㅡ lebih baik ia mati saja kalau-kalau sang dokter mengatakan hal yang tidak ia harapkan.

“B-Bagaimana kondisi adik saya, dok?”

“Adik anda benar-benar harus di operasi secepatnya.”

Ketika mendengar pernyataan itu tubuh Hyerin mematung. Ia tahu benar berapa biaya yang harus ia keluarkan untuk operasi. Apalagi yang harus ia keluarkan? Ia bahkan sudah tidak punya apa-apa lagi. Tiba-tiba Hyerin mengingat tawaran gila Cho Kyuhyun. Pria itu sempat mengatakan akan memberikan apapun yang ia inginkan. Sekarang logika menguasainyaㅡ Ia sadar selama ini ia berpura-pura tegar dan kenyataannya ia memang tidak bisa menjalani semua ini sendirian. Ia butuh bantuan. Dan saat ini mirisnya hanya Kyuhyun yang bisa menolongnya. Kali ini Hyerin menarik kata katanya. Dia benar benar berubah pikiran, ia harus melakukan ini demi Yeseul.

*

“Aku menerima tawaranmu, asalkan kau melunasi semua pembayaran rumah sakit Yeseul.” Hari ini dia menyerahkan harga dirinya pada Kyuhyunㅡ tidak, menyerahkan dirinya seutuhnya pada Kyuhyun.

“Bagus.” Kyuhyun tersenyum licikㅡ yang anehnya membuat Hyerin kehilangan akal bagaimana cara menyembunyikan rona merah di pipinya sebelum pria itu melihatnya dan menjadi besar kepala.

“Aku akan segera proses permintaanmu, setelah itu aku akan mengabarkanmu secepatnya.”

“A-Arraseo.. Kamsahamnida..”

“Yasudah, sekarang sebaiknya kau ke kelas. Sudah jam 7 lewat, sudah waktunya masuk.”
Hyerin mengangguk pelan, keluar ruangan dengan detak jantungnya yang belum kembali normal. Masih tidak percaya dengan keputusannya. Keputusan yang kemungkinan besar mengubah hidupnya. Mengingat Cho Kyuhyun bukanlah orang biasa; semua orang tahu bahwa pria itu adalah konglomerat dan dengar-dengar dia sudah mempunyai anak dari mendiang istrinya. Belum lagi pria itu mempunyai banyak penggemar gila yang mungkin bisa menerrornya di sekolah. Itu mengerikan.

Tapi disisi lain ia tersenyum lega mengingat tujuan awalnya sudah tercapai. Setidaknya dengan menikahi pria itu, Ia bisa mewujudkan semua impiannya yang selama ini tidak bisa dilakukan orang tuanya.

“Selamat pagi.” Hyerin menyapa ramah seisi kelas yang dimasukinya sebelum ekspresi wajahnya kembali mengerut lagi karena semua muridnya menjawab tanpa memandangnya sedikitpun. Semua sibuk melukis cat air diatas kanvasnya masing-masing. Gadis itu mencoba memaklumi, karena art exhibition tinggal sebentar lagi.

Namun disamping kesibukan kelasnya, ada satu murid laki-laki tampan yang mengundang tanda tanya besarㅡ dia hanya berpangku tangan dan memandangi lukisannya yang sepertinya sudah selesai dengan mata yang bengkak dan berkaca-kacaㅡ wajahnya pun pucat pasi seperti habis menangis seharian.

“Jeon?”

Sambil mengerutkan alisnya, Hyerin menghampiri murid yang dipanggilnya itu sebelum kemudian melihat lukisan yang dibuatnya. Seorang gadis berambut panjang yang memiliki wajah sempurna seperti tokoh di anime jepang, dan juga sangat mirip dengan Jeon. Apa ini Jeon versi perempuan? Sangat cantik. Namun kembali ke pertanyaan utama, kenapa dia menangis?

“Jeon, ada apa?” tanya Hyerin bingung. Selama ini Jeon sangat terkenal sebagai salah satu murid jenius dan aktif disekolah. sebenarnya itu hanya salah satu alasan kepopulerannyaㅡ ia lebih dulu terkenal karena wajahnya yang cute, mudah bergaul, unggul dibidang olahraga serta aktif dalam kegiatan apapun. Dan hal yang sangat jarang bagi Jeon terlihat murung dan menyendiri seperti ini.

“Ada apa apanya, Hyerin saem?” anak dengan poni belah tengah itu menatap Hyerin bingung.

“Hari ini kau tidak pecicilan seperti biasanya.”

Jeon mentertawai pendapat Hyerin tentangnya. “Aku hanya lelah.. tadi malam aku tidur larut malam.”

“Ah, begitu ya.. syukurlah kalau tidak ada apa-apa” jawab Hyerin pelan, sebenarnya kurang puas dengan jawaban Jeon. “Gadis di lukisan itu.. Dia kekasihmu? atau adikmu? Mirip sekali denganmu. Seperti Jeon versi perempuan.”

Jeon menggeleng, kemudian membentuk senyum pahit diujung bibirnya. “Dia Ibuku.”

Jawaban Jeon membuat Hyerin terbelalak. “Ah.. Ibumu waktu muda?”

“Dia masih terlihat cantik seperti ini bahkan sampai ia pergi untuk selamanya.”  Murid berambut hitam kelam itu menjawab lirih. Tunggu, pergi untuk selamanya? Apa maksudnyaㅡ Jadi karena itu Jeon sedih? Hyerin sontak kaget dan segera meminta maaf. “M-Mianhae..”

“Ibuku meninggal sebulan yang lalu.”

Hyerin tertunduk, Ia bisa melihat kesedihan yang terlukis di wajah Jeon. Dan entah mengapa ia membenci ekspresi itu.. ekspresi yang sama dengannya ketika orang tuanya meninggalkannya dan adiknya ditengah-tengah kesulitan. Mengingat itu tiba-tiba saja Hyerin ingin melakukan sesuatu untuk menghibur Jeon. Ya tentu saja, memang sudah seharusnya seorang guru menghibur muridnya, karena guru adalah pengganti orang tua disekolah bukan? Ia tidak ingin muridnya yang satu ini merasakan apa yang dia dan Yeseul rasakan waktu itu. Ia masih ingat rasa itu, bahkan sampai sekarang ia masih selalu merasakannya, sangat sakit.

“Jika kau merasa tertekan, kau bisa cerita padaku.”

Yang gadis itu dapatkan setelah mengatakan itu hanyalah tatapan heran dari lawan bicaranya. Hyerin menelan ludah, apa dia salah bicara? Namun ternyata reaksi Jeon diluar dugaannya. Muridnya itu langsung menatapnya dengan antusias seraya tersenyum lebar.

“Benarkah itu? aku boleh menceritakannya padamu?”

“Tentu saja!” Hyerin mengangguk ramah seraya duduk disamping Jeon. Syukurlah ternyata Jeon mau terbuka padanya. “Ibumu sakit?”

Jeon terdiam sesaat sebelum beberapa detik berikutnya ia menggeleng lemah dan mulai membuka suara. “Malam saat ibuku meninggal, Ibuku menyuruh ayahku menjemputnya di kantor tengah malam. Tapi karena dia terlalu sibuk dengan perkerjaannya, ibuku pulang sendirian, dan ditengah jalan..” suara Jeon mulai bergetar seperti ingin menangis namun ia tetap berusaha melanjutkan ceritanya.”..Ditengah jalan ibuku dirampok lalu dibunuh, dan mayatnya dibuang di pinggir jalan.. Karena itu aku bingung.. Kenapa tuhan mengambil hidupnya secepat ini? Ibuku pantas hidup. Ibuku sangat baik, perhatian padaku dan tulus mencintaiku. Dia sempurna.”

“Itu sebabnya tuhan memanggil ibumu. Karena dia sempurna bukan? Mungkin saja tuhan ingin menempatkannya ditempat yang lebih indah. Atau mungkin tuhan ingin kau tumbuh menjadi pria yang tegar.”

“Pria.. yang tegar? Geurae.. Mungkin kau benar, Hyerin ssaem..” Jeon sempat tersenyum setelah mengatakan itu namun beberapa detik berikutnya ia kembali murung. Seorang Ahn Hyerin ternyata belum kehabisan akal. Dia punya rencana yang lebih bagus untuk mengembalikan Jeon yang ceria seperti biasanya.

*

Bel berbunyi dua kali, menandakan jam pelajaran terakhir telah selesai.
“Baiklah sampai disini saja, semuanya boleh pulang” ujar Hyerin sambil mengemaskan barang-barangnya setelah selesai mengajar. Seisi kelas langsung menghambur keluar dalam hitungan detik.

“Kecuali kau, Jeon.”

Jeon berhenti mengemaskan peralatan tulisnya dan menatap heran gurunya itu.

“Hee?” Hyerin terkekeh kecil melihat ekspresi ituㅡ walaupun Jeon tidak bisa dikategorikan sebagai anak-anak lagi, tapi wajahnya yang manis membuat Hyerin sedikit gemas. Hyerin memang menyukai anak-anak, mungkin itu sebabnya ia menjadi guru. Ya, Hyerin memang menganggap Jeon masih seperti anak-anak di usianya yang sudah menginjak 16 tahun itu.

“Jeon-ah, kau tidak membuat masalah lagi kan?” teman didepan meja Jeon kelihatan cemas saat Hyerin melarangnya pulangㅡ Mengingat Jeon sudah dua kali mendapat surat peringatan karena menindik telinganya dan terlibat dalam geng yang sering melanggar peraturan sekolah. Jeon masih sangat lugu sehingga mudah terpengaruh pergaulan teman-temannya.

“Entahlah”

Anak laki-laki itu memutar matanya melihat Jeon yang hanya tersenyum kecil dan mengangkat bahu. “Semoga saja tidak. Cha, aku pulang duluan.” pamitnya sebelum meninggalkan kelas.
“Taejung sepertinya peduli sekali padamu Jeon-ah.” goda Hyerin seraya melangkah kearah Jeon. “Yah, kami masih normal!”
Hyerin terkekeh lalu membisikan Jeon sesuatu.

“Kedai Ramen?”

*

Hyerin tersenyum puas melihat Jeon makan ramen dengan lahap. Dia kelihatan sangat bersemangat dan tidak semurung tadi. Syukurlah, Setidaknya Hyerin tidak menyesal menyisakan uang hariannya untuk menghibur muridnya. Ternyata mendiang ibunya benar, menyantap makanan berkuah hangat di hari-hari yang kelam bisa membuat suasana hatimu menjadi lebih baik.

“Padahal tadinya aku kira hyerin saem ingin mengajakku ke daelim museum. Kau dulu kan pernah bilang pergi ke suatu tempat yang sejuk dan menenangkan bisa membuat kita kembali senang.” ujar Jeon setelah meneguk kuah ramen terakhirnya.

“Ah jinjja? Aku benar-benar lupaㅡ ah, kalau kau ingin kesana, kau bisa datang kapan saja. Aku sering menjual lukisanku disana.”

Mata Jeon melebar, tidak percaya dengan pernyataan Hyerin. “Mwoya? Hyerin saem menjual lukisan di Daelim museum? Daebak.. Daelim museum kan sangat terkenal, terlebih lagi lukisan Hyerin saem selalu mengagumkan. Pasti dihargai sangat mahal kan, Hyerin saem?”

Ya, memang banyak. Tapi satu haripun ia tidak dapat merasakan jerih payahnya sendiri. Hanya dalam satu hari, semua itu akan pindah ke tangan rumah sakit.

“Tidak juga, karena lukisanku tidak selalu diterima. Pasti ada saja yang tidak lolos. Aku tidak sehebat itu..” tutur Hyerin yang membuat Jeon mengerutkan dahi.

“Yang benar saja? Hanya orang bodoh yang tidak menerima lukisanmu, Hyerin saem! Sepertinya mereka harus berguru denganmu dulu agar tahu bagaimana seni yang sebenarnya. Lagipula siapa juga yang bisa menolak lukisan buatan guru tercantik di seoul art school?!”

“Maldo andwae!” Hyerin menunduk malu. “Berhentilah menggombal, kau pasti mengatakan itu ke semua guru agar dapat nilai bagus kan?”

“Kau kan guru pertama yang dekat denganku, Hyerin saem.”

“Kalau begitu, kau mengatakan ke semua gadis di kelasmu.”

“Kau gadis pertama yang dekat denganku.”

“Eh jinjjayo?”

“Ne. Aku selalu takut dan gugup ketika berbicara dengan wanita. Tapi sejak aku berbicara denganmu, aku merasa nyaman dan tidak canggung. Hanya kau yang mengerti keadaanku, Hyerin saem~”

“Andwae.. Kau pasti mengatakan itu pada semuanya, hanya nama belakangnya yang kau ganti. Iya kan?”

“Yah! Aku serius!” Hyerin tertawa lepas, setidaknya untuk yang pertama kalinya sejak hari pertama ia berkerja untuk sekolah itu. Bukan karena ada yang lucu, tapi karena ia merasa senang. Ternyata menjadi guru tidak selamanya melelahkan. Rasanya menyenangkan bisa dekat dengan murid; memberi nasihat maupun bercanda layaknya teman sebaya.

Di sela-sela candaan itu tiba-tiba saja handphone di tas Hyerin bergetar. Apa mungkin Minyoung? Bukan, Hyerin sudah membedakan nada dering sendiri untuk Minyoung. Hyerin buru-buru mengangkat teleponnya dan ternyata pihak rumah sakit yang menghubunginya. Ya tuhan! Hyerin sama sekali tidak ingat dengan Yeseul karena asyik mengobrol dengan Jeon. Seharusnya ia pulang dari tadi untuk menjaga adiknya. Pikiran Hyerin seketika kacau dan dadanya kembali bergemuruhㅡ pasti ada yang terjadi dengan Yeseul sampai-sampai pihak rumah sakit meneleponnya. Ia bersumpah tidak akan memaafkan dirinya seumur hidup jika sesuatu benar-benar terjadi pada adiknya dan ia tak disana.

“Apakah benar Ini Nona Ahn Hyerin?”

Hyerin menghela nafas sesaat, menenangkan dirinya agar tidak terlalu panik. “Ya benar, Ada apa?”

“Ada orang yang ingin menemui nona. Dia tidak ingin disebutkan namanya tapi ia ingin melihat kondisi adik nona.”

Eh?

“S-Seperti apa orangnya?”
“Seorang pria tinggi, berambut coklat, kalau dilihat dari wajahnya.. usianya seperti sekitar 30an.”

Pria?

Hyerin menatap jalanan dengan pandangan kosong. Siapa kira-kira yang menemuinya disaat seperti ini? Tapi siapapun orangnya tidak penting, Yang terpenting saat ini adalah ia harus segera kesanaㅡ memastikan bahwa Yeseul baik-baik saja dan sedang tidak bersama orang asing itu.
“B-Baiklah saya akan segera kesana.” ujar Hyerin seraya memutuskan sambungan telponnya.
“Jeon, aku harus pulang sekarang. Ada yang harus kukerjakan.” pamit Hyerin. Jeon kelihatan masih bingung dan hanya melambaikan tangan. “Ung? Ne. Hati-hati.”
“Hyerin saem!” Jeon memanggil begitu Hyerin berjalan cepat meninggalkannya. Gadis itu menoleh.
“Terima kasih.” ucap Jeon. Hyerin tersenyum.
“Ne, Sampai besok!”

*

Penasaran setengah mati. Itulah yang dirasakan Hyerin saat ini. Dengan langkah hati-hati gadis itu menapak lobby rumah sakit. Kakinya melemas, jantungnya berdebar-debar setiap kali menebak siapa yang ingin bertemu dengannya. Perkiraan terburuknya adalah; orang yang ingin menemuinya itu adalah rentenir, yang menagih hutang ayahnya dan akan mencelakakan adiknya kalau ia tidak membayarnya sekarang juga.

Hyerin menelusuri koridor sambil terus menggiti jarinya seraya melafalkan doa-doa didalam hati. Terus begitu sampai akhirnya ia tiba didepan administrasi rumah sakit dan setelah kakinya melemas, sekarang tubuhnya yang membeku. Yang dia temui didepannya lebih mengejutkan dari tebakannyaㅡ Seorang pria berpakaian formal serba hitam yang duduk di kursi tunggu pasien tengah menatapnya dingin seakan-akan gadis itu telah melakukan kesalahan padanya.

“T-Tuan Cho..”

Ia tidak tahu harus terkejut karena tidak menyangka pria itu datang kesini atau harus bersyukur karena bukan rentenir yang datang. Atau malah canggung karena bisa saja bukan dia yang dimaksud pihak rumah sakit tadi! Bisa saja pria itu yang sedang berobat kan?

“Sedang apa Tuan Cho disini?” tanya Hyerin canggung sambil menunggu jawaban Kyuhyun yang ia harap tidak mengecewakan.

“Yah! Tentu saja aku kesini untuk menemuimu! Kalau sudah siap adikmu bisa dioperasi malam ini.” Pria itu mendengus kesal. Sementara Hyerin terpaku dengan jawabannya. Jadi Cho Kyuhyun menghubunginya lewat rumah sakit? Gadis itu sama sekali tidak menyangka secepat ini ia membantunya.

“J-Jinjja..? Tapi kenapa kau harus pakai perantara untuk meneleponku? Kenapa tidak menghubungiku dengan ponselmu saja? Apa kau tidak punya nomorku?” apa jangan-jangan kau terlalu pelit pulsa.

“Kontak di ponselku hanya menyimpan nomor orang-orang penting. Lagipula jika tidak mengagetkanmu aku tahu kau tidak akan buru-buru kesini.” Kyuhyun buru-buru merapikan jasnya lalu berdiri dari kursi tunggu setelah Hyerin mengirimkan tatapan ‘apa maksudmu’ padanya. Tapi pria itu hanya tersenyum usil, seakan tahu bahwa Hyerin tidak akan pernah bisa mengungkapkan kekesalannya. “Baiklah, kajja. Kita temui dokternya.”

*

“Administrasinya sudah ku urus.”
Tiba-tiba lamunan Hyerin buyar ketika seseorang berbicara padanya setelah tiga puluh menit ia menunggu sendirian didepan ruang operasi. Ah, ia pikir pria itu sudah pulang.

“Gomawo..”

Hyerin mengerutkan alisnya heran saat Kyuhyun berdiri disampingnya.

“Kau tidak pulang?” tanya Hyerin ragu.

“Kau mengusirku?”

“A-Aniya, maksudkuㅡ”

“Aku hanya ingin memastikan kalau operasinya lancar. memangnya tidak boleh?”

Eh? Maksudnya ia akan menunggu sampai Yeseul selesai operasi?

Perlakuan Kyuhyun yang berbeda dari biasanya berhasil membentuk senyuman di ujung bibir Hyerin. Ini benar-benar diluar ekspektasinya, bagaimana bisa seorang Cho Kyuhyun yang egois dan cuek tiba-tiba menjadi sepeduli itu? padahal dia bisa saja pulang setelah membayar biaya rumah sakit Yeseul.

“Adikku pasti akan sangat senang jika tahu siapa yang melakukan ini untuknya.” Ucap Hyerin.

“Kau yang melakukan semua ini untuk adikmu. Jangan memuji-mujiku didepan adikmu nanti.” balas Kyuhyun dingin yang sekejap membuat Hyerin mendadak ingin melemparkan kursi yang ia duduki ke wajah pria menyebalkan itu.

“Sungguh percaya diri.” gumam Hyerin sebal.

“Setelah ini jangan tidur larut lagi. Besok ada ujian. Dan aku tidak mau calon pengantinku jelek karena mata panda itu.” Kyuhyun menunjuk bawah mata Hyerin yang terlihat sembab dan gelap.

“Eh? K-Kenapa tiba tiba kau membicarakan itu?”

“Hmm.. Entahlah, tiba-tiba aku teringat pernikahan kita. Aku sudah memutuskan pestanya akan dilaksanakan seminggu lagi. Paling tidak sampai adikmu pulih. Hari minggu nanti aku akan mengenalkanmu pada anakku.”

*

Langit sudah sangat gelap ketika Hyerin meninggalkan ruangan guru setelah selesai memeriksa kertas ujian murid-muridnya. Gadis itu menatap jam tangannya yang ternyata masih menunjukan pukul 4 sore dan langsung berlari keluar gerbang sekolah. Ia harus buru-buru pulang, kalau sudah mendung seperti ini biasanya angkutan umum tidak akan ada yang lewat. Hyerin menunggu di halte depan sekolah selama beberapa menit sebelum akhirnya dia berteriak karena petir yang mengagetkannya. Seiring dengan petir itu, hujan mulai turun. Dan sepertinya ia akan menghabiskan satu jam kedepan menunggu disini. Hyerin mengeluarkan headset dari tasnya, lalu memutar lagu di ponselnya yang membuat suasana hatinya tenang. Sejak pagi tadi ia tidak bisa fokus karena mencemaskan kata-kata Kyuhyun tadi kemarin malam.

“Aku sudah memutuskan pestanya akan dilaksanakan seminggu lagi.”

DEG! wajah gadis itu kontan memerah ketika bayangan suara pria itu mendominasi lagu yang didengarnya. Hyerin membesarkan volume music playernya kemudian memejamkan mata; setidaknya agar bayangan-bayangan itu segera lenyap dari pikirannya.

TRING

Mendadak lagu yang diputarnya berhenti ketika ponselnya berdering satu kali. Ada pesan masuk.

Hyerin saem. Ini Jeon.

Deretan kalimat di layar ponselnya membuat gadis itu menyipitkan matanya dan segera membalasnya.

Darimana kau tahu nomorku?

Waktu itu kau sendiri yang memberikannya pada anak-anak sekelas, kau tidak ingat?

Mian, aku lupa. ada apa, Jeon?

Aku cemas padamu, tadi kulihat kau masih disekolah.. padahal sepertinya akan hujan lebat. Kau masih disana?

Senyum Hyerin mengembang ketika membacanya. Dia tidak menyangka Jeon diam-diam memperhatikannya.

Aku belum bisa pulang, belum ada kendaraan lewat sama sekali.

Hhh.. Tidak akan ada yang datang hujan-hujan begini Hyerin saem. Tetaplah disitu.

Apa maksudnya Jeon mau menjemputnya? Hyerin baru saja ingin membalasnya namun mendadak ponselnya mati.

“Ah.. mwoya..” gadis itu mendesah frustasi, memperhatikan sekelilingnya lalu merinding seketika. Awan semakin menghitam karena hujan dan Hyerin tidak melihat satu orangpun di halte. Bahkan saat dia keluar dari gerbang tadipun, sekolah sudah sangat sepi. Dia hanya sendiri. Memikirkan itu beberapa film thriller yang pernah ditontonnya mulai menghantui pikirannyaㅡ membuat gadis itu menjadi ketakutan dan menyesali kenapa ia pulang terlalu sore.

Namun tiba-tiba suara seorang pria memanggil namanya dari belakang. Bukan, suara itu terlalu berat untuk dibilang milik Jeon. Lagipula tidak mungkin dia datang secepat itu kan?

“Hyerin-ssi, belum pulang?” tanya pria itu lembut membuat Hyerin menoleh. Pria berambut cepak dengan mata sipit itu ternyata adalah Yeonggi, salah satu guru disekolah.

“B-Belum.” Hyerin menjaga jarak ketika Yeonggi mulai duduk disampingnya. Gadis itu tidak terlalu dekat dengan Yeonggi dan ia tidak mau canggung hanya karena duduk disebelah pria seperti malam sebelumnya, bukan, bukan hanya itu, tapi karena ia tahu Yeonggi adalah pria berbahaya. Ia dengar-dengar Yeonggi pernah menyimpan ganja di lokernya, dan yang lebih mencengangkan lagi, saat ini juga Hyerin bisa mencium bau alkohol dari tubuhnya. “Rumahmu jauh dari sini, Hyerin-ssi?”

“Ungg, tidak terlalu..”

“Setelah hujannya berhenti, ayo kuantar pulang. Kebetulan aku bawa mobil. Berbahaya bagi wanita cantik pulang sendirian mendung-mendung begini.”

“Ah, t-tidak perlu, aku sedang menungguㅡ”

“Mwo? Kau punya pacar, Hyerin-ssi?” Yeonggi terlihat tertawa saat mengatakan itu.

“Aniyoㅡ maksudku, ya, aku punya dan dia akan datang. Kau pulang duluan saja.”

“Masih lama? Lebih baik kau ikut denganku dulu, Hyerin-ssi.”
Hyerin sempat berpikir untuk menjawab ya agar Yeonggi meninggalkannya tapi ternyata ia salah besar. Yeonggi malah semakin gencar. Gadis itu mulai keringat dingin, Ya tuhan seandainya tidak hujan deras sekarang ia pasti akan lari!

“Jwisonghamnida. Aku tidak bisa, Yeonggi-ssi.” Hyerin bangkit dari kursi halte dan berjalan meninggalkan Yeonggi namun pria itu segera menarik tangannya.

“Sayangnya aku tidak terima penolakan, Hyerin-ssi. Ayo kita bersenang-senang” Yeonggi menarik tangan Hyerin lebih kuat, memaksanya ikut kearah parkiran mobil tanpa peduli hujan deras yang mengguyur tubuh mereka.

“A-Andwae!! Kau mabuk Yeonggi-ssi!” Hyerin berusaha kabur namun genggaman tangan Yeonggi semakin kuat.

“Diam! Kalau tidak aku tidak akan segan-segan melukaimu”

BUGH!!!

Yeonggi tersungkur begitu seseorang menghajar wajahnya dengan keras. “Hei apa-apaanㅡ”

Hyerin dan Yeonggi membeku ketika mendapati siapa yang berani melakukan itu. Seorang anak laki-laki yang tinggi dan memiliki wajah seperti malaikat, bahkan sekarangㅡ saat ia terlihat sedang sangat marahpun ia masih terlihat seperti malaikat.

“Jeon, murid populer dari kelas 01. Berani sekali kauㅡ” gumam Yeonggi berusaha berdiri sambil menahan sakit. Sementara Jeon menarik kerah baju Yeonggi dan menantangnya.

“Justru aku yang berkata begitu. Berani sekali kau memaksa Hyerin saem untuk ikut denganmu. Memangnya kau siapa? Kau bahkan bukan guru. Kau hanya pecundang yang memakan gaji buta”

Hyerin terkesiap melihat aksi Jeon. Dia tahu anak itu memang pernah terlibat dalam geng sebelumnya, jadi wajar saja jika ia bisa bertingkah seperti ituㅡ tapi baru kali ini Hyerin mendengar Jeon berkata sekasar itu secara langsung.

“Jika kau berurusan dengan Hyerin saem, kau berurusan denganku.”

Yeonggi yang sempat terhuyung masih bisa tertawa. “Wah, Wah, Jadi dia yang kau sebut pacarmu, Hyerin-ssi? Muridmu sendiri? Apa yang kau ajarkan padanya hm? Apa yang kau lakukan sampai dia mau melakukan semua ini karenamu? Yang pertama, dia berani menghajar guru, yang kedua dia memanggilnya pecundang dan yang terakhir dia menarik kerah bajunya. Wow, benar-benar jagoan! Kau akan mendapatkan tiga peringatan sekaligus, atau bahkan di keluarkan dari sekolah.” Suara Yeonggi terdengar semakin serak dan tidak jelas, mungkin karena ia masih mabuk. Jeon melepaskan tarikannya dan membuat Yeonggi terjatuh di tanah.

“Sebaiknya sekarang kau pergi sebelum aku menghajarmu lagi”

“Cih, sebentar lagi semuanya akan tahu hubungan ‘terlarang’ kalian. Aku tidak sabar kalian dikeluarkan dari sekolah.”
gumam Yeonggi, berusaha bangun kembali dan melangkah gontai kearah mobilnya sebelum kemudian menghilang dari pandangan mereka.

Sementara dada Hyerin masih bergemuruh. Ia sangat takut jika Yeonggi benar-benar mengatakan kedekatannya dengan Jeon. Jika Cho Kyuhyun tahu, habislah riwayatnya.

“Hyerin saem.. Kau basah kuyup.”

Jeon menggandeng tangan gurunya itu dan menuntunnya masuk kedalam ruangan UKS. “E-Eh? Mau Kemana?”

“Harus dikeringkan. Aku tidak mau Hyerin saem masuk angin.”

Jeon memasuki uks dan mengunci pintunyaㅡ berjaga-jaga seandainya ada orang yang lewat melihat mereka hanya berdua disana dan salah paham.

“Wae?” Jeon mengerutkan dahi melihat ekspresi Hyerin yang begitu cemas.

“Soal Yeonggiㅡ” gumam Hyerin.

“Dia tidak punya bukti untuk itu.” jawab Jeon seraya mengeluarkan handuk putih dari laci uks. “Kau tidak perlu takut.”

Hyerin menghela nafas. Benar juga, kenapa dia harus takut? Toh dia dan Jeon juga memang tidak punya hubungan apa-apa.

“J-Jeon, kau tidak perlu melakukan ini padaku..” ujar Hyerin ketika Jeon mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk. “Ghwenchana.. Hyerin saem sudah menolongku waktu itu, sekarang giliranku yang menolongmu.” jawab Jeon seraya tersenyum. Handuk ditangannya kemudian berpindah dari rambut gadis itu ke wajahnya yang basah. Hyerin hanya mendongak, membiarkan Jeon mengelap leher dan lengannya dengan handuk kering.

“Hyerin saem bawa baju ganti?” tanya Jeon sambil melirik kemeja Hyerin yang sudah tembus pandang akibat air.

“E-Eh.. tidak!” Seketika Hyerin bingung harus menutupi bagian dadanya atau pipinya yang sekarang merah padam begitu menyadari pakaian dalamnya terlihat karena basah. “Kau lihat apㅡ Kau tidak lihat kan?!”

“Sudah terlambatㅡ Mianhae” Jeon tertawa lalu melepaskan kemejanyaㅡ menyisakan kaos putih yang melekat di tubuh atletisnya. “Ini, pakai kemejaku.”

“Jeon..” Hyerin meraih kemeja Jeon dengan ragu. Tiba-tiba ia merasa tidak enak dengan anak itu. Ia tahu Jeon memang hanya ingin menolongnya tapi apa ini tidak terlalu berlebihan?

“Aku tidak akan lihat.” Jeon tertawa kecil dan berdiri menghadap belakangㅡ bermaksud membiarkan Hyerin mengganti pakaiannya dengan kemeja milik Jeon. Sementara itu Hyerin masih terpaku dan hanya menatap punggung Jeon. Entah kenapa Hyerin merasa cara Jeon menatapnya berbeda. Ini gila tapi Hyerin merasa anak itu mulai perhatian padanya, bukan perhatian biasa.. lebih dari sekedar guru dan murid. Tidak, itu tidak mungkin.

“Sudah belum?” tanya Jeon setelah membelakangi Hyerin selama dua puluh detik namun tak kunjung ada suara apapun dibelakangnya.

“S-Sebentarㅡ” Hyerin buru-buru melepas bajunya dan menggantinya dengan kemeja milik Jeon.

Pipinya memanas menyadari ia sedang melepas baju didepan laki-lakiㅡ rasanya malu, meskipun Jeon membelakanginya. Aigoo, lagi-lagi Hyerin merasa canggung dengan pria seperti waktu itu Kyuhyun mengantarnya pulang. Hyerin memang tadinya menganggap Jeon sebagai anak-anak, namun saat Jeon melakukan semua ini padanya entah kenapa ia praktis menganggap Jeon sebagai seorang pria. Dan itu membuatnya canggung.

“Hujannya sudah berhenti. Ayo pulang, Hyerin saem.” ajak Jeon setelah menatap langit yang sudah terang melalui jendela.

“Ani.. aku naik angkutan umum saja. kalau sudah tidak hujan begini pasti akan ada yang datang. Aku sudah merepotkan Jeon hari ini.” aku tidak ingin kau memperlakukanku lebih dari ini. tolak Hyerin halus berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat Jeon tersinggung. Namun tampaknya lawan bicaranya itu keberatan.

“Mwo? Aku kesini untuk menjemputmu, Kenapa kau malah memilih pulang sendiri?”

“M-Mianhae Jeon, aku benar-benar bisa pulang sendiri. Ghwenchana.” ujar Hyerin lagi seraya membawa tasnya kemudian membuka pintu uks dengan cepat, meninggalkan Jeon sendiri diruangan itu karena tidak ingin Jeon mencegahnya lagi. “Annyeong!”

Hyerin buru-buru lari keluar pagar sekolah sebelum menaiki salah satu bus yang mulai berdatangan. Gadis itu duduk di kursi paling belakang, memejamkan matanya dan meyakinkan dirinya seakan kejadian tadi tidak pernah terjadi. Bisa gawat kalau Jeon tahu jika ia tinggal dirumah sakit dan menghidupi adiknya sendirianㅡ itu bisa saja membuat Jeon semakin peduli padanya lalu melakukan hal-hal tak terduga seperti tadi. Sebentar lagi ia akan menikah dengan Kyuhyun dan sebaiknya ia tidak mengacau karena Kyuhyun tampaknya sangat mengerikan..

*

Berita menggemparkan tersebar di Seoul Art School pagi ini. Yeonggi sonsaengnim, yang merupakan ketua BP sekaligus mengajar bahasa inggris dikabarkan dikeluarkan dari sekolah oleh kepala sekolah. Hyerin yang mendengar itu tentu saja kaget; mengingat kemarin ia mempunyai ‘skandal’ dengan Yeonggi. Ditambah lagi banyak yang bilang bahwa Jeon yang melaporkan Yeonggi pada kepala sekolah. Apa anak itu punya hubungan dekat pada Kyuhyun sampai bisa mengeluarkan Yeonggi? Hyerin menghampiri Jeon yang sedang berpangku tangan di mejanya untuk memastikan jika berita itu benar.

“Jeon, benarkah itu? Yeonggi dikeluarkan dari sekolah karenamu?”

“….” Tidak ada jawaban dari Jeon. Anak itu bahkan tidak menatap Hyerin sedikitpun. Dan Hyerin pun bisa membaca ekspresinya.

“Jeon? Museun iriya? (ada apa?)”

“Ayahku akan menikah lagi.” jawaban Jeon membuat Hyerin terbungkam. Gadis itu langsung tidak menghindahkan soal Yeonggi lagi dan mulai mendengarkan Jeon.

“Setelah mencelakakan ibuku sekarang dengan mudahnya dia melupakannya secepat itu.”

Hyerin menarik nafas panjang. “Aku mengerti perasaanmu, tapi hanya karena ayahmu ingin menikah lagi, bukan berarti ia melupakan ibumu kan? pasti ada alasan lain, siapa tahu ia ingin kau merasakan sosok ibu lagi.. atau mungkin ia merasa kesepian tanpa ibumu, coba kau bayangkan jika kau menjadi ayahmu”

“Aku tidak bisa membayangkannya. Karena aku tidak akan pernah mencelakakan wanita yang kusayangi. Bahkan aku yang akan mencelakakan diriku demi orang itu.” kata-kata Jeon menunjukan bahwa ia begitu sakit hati pada ayahnya karena telah mencelakakan ibunya.

“Jeon..” Hyerin hanya menatap Jeon dengan iba; tidak tahu harus mengatakan apa lagi disaat seperti ini. Ia merasa payah, tapi sepertinya kali ini dia harus diam dan membiarkan Jeon tenang dengan sendirinya.

*

“Eonni, belikan aku sushi!” Hyerin menjauhkan telinga dari ponselnya begitu mendengar Yeseul merengek dari seberang telepon.

“Mwo? Kau pikir itu murah? Harga satu bungkusnya sekitarㅡ4000 won kan?” protes Hyerin dengan suara agak kerasㅡ sekaligus bermaksud melawan bunyi-bunyi berisik kendaraan di sepanjang jalan dongdaemun yang sedang ia telusuri.

“Jebal eonniii~” Kali ini Hyerin menghela nafas membayangkan ekspresi adiknya yang sedang aegyo disana.
“Karena aku sedang baik, baiklah..” jawabnya berusaha ikhlas sambil melangkah menuju market kecil disebelah kirinya.

KLING KLING

Baru saja Hyerin memasuki pintu kaca market tersebut matanya menangkap seorang wanita paruh baya yang sedang panik mencari sesuatu di tasnya. “Ya tuhanㅡdompetku hilangㅡ” keluh wanita itu. “M-Mianhae, batalkan saja.. Mian”

Mendengar itu Hyerin langsung memandangi wanita itu dengan iba dan memeriksa dompetnya. Syukurlah, sepertinya uang lemburnya kemarin masih cukup untuk membantu wanita ini; melihat belanjaan wanita ini tidak begitu banyak. Kalau disini ada Yeseul, dia pasti akan marah-marah. Bocah itu tahu kebiasaan buruk Hyerin yang sangat mudah kasihan dengan orang lain dan terlalu peduli dengan sekitarnya. Tapi tidak ada yang salah dengan itu kan?

“Jwisonghamnida, Eommonim.. Dompetmu hilang?” tanya Hyerin sopan.

Wanita tua itu mengangguk dan menjawab pelan. “Ne..”

“Biar aku saja yang bayar. Berapa totalnya? 4500 won? eoh?”
mendengar ucapan Hyerin pada kasir wanita itu terlihat benar-benar terkejut.

“Tidak apa-apa, eommonim..”

“Agassi.. Aku benar-benar berterima kasih.. Jika tidak ada kau suamiku pasti akan marah padaku.. Jeongmal kamsahamnida” wanita itu membungkuk berkali-kali, membuat Hyerin tertegun menyadari seorang yang jauh lebih tua darinya membungkuk padanya.

“Eh? N-Ne.. Cheonmaneyo”

Wanita itu menatap Hyerin penuh arti. Entah apa yang ada dipikirannya “Kau.. Kau benar-benar mirip dengan anakku.. Seandainya aku masih punya kesempatan untuk mempedulikan anakku, aku akan melakukannya..”

“J-Jinjja? mirip?”

“A-Aniyoo, maksudku sifatnya sangat mirip denganmu.. tapi aku tidak tahu dia masih. sama atau tidak..”

“Lupakanㅡ maaf tiba-tiba akuㅡ tapi sekali lagi terima kasih agassi”

“Aneh..” batin Hyerin sambil melangkah ke pendingin yang menampilkan berbagai macam sushi di balik kacanya.

“Kira-kira Yeseul suka yang mana ya..” baru saja Hyerin menentukan pilihannya; sushi udang mentah berbalut nori yang membuatnya meneguk ludah namun tiba-tiba ia tercengang melihat harga yang tertera dibawahnya.

“Haaah?? 6500 won?” Tunggu, dia baru sadar bahwa tadi ia membayar belanjaan wanita paruh baya itu seharga 4500 won dan sekarang uangnya hanya tinggal 4000 won. “Ah.. babo-ya.. uangnya kurang..” Hyerin menghela nafas, namun ia tidak menyesal telah mengeluarkan uang untuk orang yang kesusahan karena ia pernah merasakannya, bahkan sampai sekarang. tapi toh ia masih bisa membeli sushi di toko lain yang lebih murah.

“Hyerin saem!”

Hyerin membalik badan begitu suara familiar memanggil namanya, lalu tersenyum begitu matanya menangkap seorang remaja laki-laki berambut blonde yang sedang melambaikan tangan kearahnya. Tidak salah lagi, suara itu milik Taejung; salah satu muridnya di sekolah.

“Hei.. Tae.. Sedang apa kau disini?” sapa Hyerin ramah.

“Menemani dia. katanya akan ada tamu yang datang jadi dia harus belanja. Astaga, aku benar-benar beruntung bertemu denganmu, Hyerin saem!” jelas Taejung sambil melirik kearah anak laki-laki yang memakai topi putih dan kaos longgar didepan kulkas softdrink. Perasaan Hyerin mendadak tidak enak saat menyadari bahwa orang itu adalah Jeon; terutama setelah Taejung menambahkan kata ‘beruntung’ di akhir kalimatnya.

“A-Apa maksudmu beruntungㅡ”

“Dia terlalu banyak bercerita tentangmu, Hyerin saem. Jadi sekarang kau bisa jalan bersamanya”

Tentangku? Jeon menceritakanku pada Taejung?

“Hyerin saem!” Jeon yang menyadari keberadaan Hyerin menoleh kearah gadis itu kemudian melangkah mendekat.

“Nah, Jeon, Aku duluan ya, pacarku sudah menelepon! Selamat bersenang-senang!” seru Taejung sebelum kemudian meninggalkan Hyerin dan Jeon berduaan.

“O-Oi, Kenapa tiba-tibaㅡ” sahut Jeon. Seketika suasana menjadi canggung; mereka saling mengalihkan pandangan saat mata mereka bertemu.

“Kauㅡ” ucap mereka berbarengan.

Hyerin tertawa kecil mengingat hal seperti ini sangat jarang terjadi. Biasanya ia dan Jeon akan berbicara seperti biasa kalau bertemu karena sudah akrab. “Kau duluan.”

“Hyerin saem mau beli sushi?” tanya Jeon seraya memandangi kulkas berisi sushi disampingnya.

“Tadinya aku ingin belikan untuk adikku tapi tidak jadi, aku ingin beli diluar saja”
Jeon mengerutkan alisnya. “Wae? Beli sajaㅡ”

“Ani.. tidak ada rasa yang kusuka jadi aku beli didekat rumahku saja.” jawab Hyerin. berbohong. Gadis itu tidak mau Jeon berbaik hati padanya lagi karena sepertinya Jeon bisa menebak alasannya.

“Ah begitu..” rupanya Jeon tidak mengindahkan itu dan malah menanyakan diluar topik pembicaraan.

“Ngomong-ngomong, Hyerin-saem.. Punya waktu sebentar?”

*

“Hyerin saem..”

“Ne?”

“Aku boleh memanggilmu nuna?” tanya Jeon sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. apa yang terjadi hari ini? Mereka berdua hari ini sangat canggung bahkan permintaan Jeon sekejap membuat rona merah di pipi Hyerin menyeruak.”Ah..”

“M-Mian.. aku lancang ya?”

Hyerin terkekeh mendengar suara Jeon yang melemah. “Tentu saja boleh.”

“Gomawo, nuna!!!!” Jeon kelihatan sangat senang setelah mendapat jawaban itu.

“Nuna.. Yang kukatakan di kedai ramen itu.. Aku serius.”

“Neh?”

“Ya, Aku belum pernah berbicara selancar ini dengan gadis manapun.” tutur Jeon pelan. “Aku selalu takut dan gugup ketika berbicara dengan wanita. Tapi sejak aku berbicara denganmu, aku merasa nyaman dan tidak canggung. Hanya kau yang mengerti keadaanku, Hyerin nuna..”

“Saranghae.. Hyerin nuna..”

Hatinya serasa dipukul. Ini tidak benar, semua yang Hyerin lakukan pada Jeon hanya sebatas simpati. Tidak semestinya anak itu menganggapnya lebih dari itu.

“Kau mungkin kaget tapi aku memutuskan untuk mencintaimu sebagai wanita. Bukan sebagai guruku.” Jeon tersenyum simpul saat mengatakannya. Saat itu juga Hyerin menyadari bahwa Jeon sangat tampan. Bukan imut seperti pandangannya selama ini tetapi tampan. Ia tampak seperti pria dewasa saat ini.

Ya, memang Jeon sudah dewasa. Gadis itu harusnya tahu Jeon bukanlah anak kecil lagi dan dia akan mudah mencintai seseorang yang menurutnya nyaman ketika bersamanya. Kalau saja waktu itu Hyerin tidak memberikan perhatian lebih pada Jeon, anak itu tidak mungkin memiliki perasaan padanya. Ini semua salahnya.

“Sepertinya kau sudah salah sangka Jeon, yang aku lakukan selama ini untukmu hanya sebatas murid dan guru. Aku benar-benar minta maaf.. aku tidak bermaksud untuk memberimu harapan lebih..” tutur Hyerin dengan sangat hati-hatiㅡ berusaha agar tidak melukai perasaan Jeon. “Dan aku juga punya janji dengan pria lain, jadi..”

“Jadi? Aku hanya menyatakan perasaanku, tidak mengharapkan balasan darimu. dan aku tahu kau pasti punya seseorang diluar sana.. Tapi aku tidak peduli, Nuna. Aku akan tetap mencintaimu..” Walaupun Jeon mengatakan itu dengan santai, Hyerin bisa melihat kesedihan di mata Jeon.

Hyerin semakin merasa bersalah telah membuat Jeon mencintainya. Awalnya gadis itu bermaksud membantu Jeon memecahkan semua masalahnya dan menenangkan hatinya tapi sekarang malah gadis itu yang melukai perasaan Jeon.

“Ah, hanya itu yang ingin kusampaikan. Aku duluan ya, rumahku disekitar sini. Mian tidak bisa mengantarmu pulang.” pamit Jeon saat menyadari kebisuan Hyerin.

“N-Ne.. Annyeong..”

Hyerin menatap jalan dengan pandangan kosong begitu Jeon berjalan meninggalkannya kearah gang yang tak jauh dari sana. Apa yang harus ia lakukan? Setelah ini hubungannya dengan Jeon pasti akan merenggang karena perkataannya sendiri. Ini gawat. Tiba-tiba semua perkiraan itu mengabur karena ponselnya kembali berdering.

Bisakah kau bersabar sedikit Yeseul-ah!

Hyerin meraih ponselnya dengan kesal, namun ternyata itu bukan dari Yeseulㅡ melainkan nomor tak dikenal.
“Yeoboseyㅡ”

“Kau tahu ini hari apa?” suara berat diseberang sana membuat Hyerin nyaris gagal jantung. Apa yang terjadi dengan organ tubuhnya yang satu itu akhir-akhir ini? Kenapa selalu berhenti setiap mendengar atau melihat pria menyebalkan itu? Hyerin belum menjawab dan masih menenangkan dirinya.

“Hari minggu aku akan mengenalkanmu pada anakku.”

Dan detak jantungnyapun kembali mempermainkannya. Bagaimana ia bisa lupa?

“Akhirnya kau menyimpan nomorku. Apa aku sudah penting bagimu?” jawab Hyerin.

Kyuhyun berdehem. “Karena kebetulan aku ada ‘bisnis’ denganmu. jadi mau tidak mau aku harus menyimpan nomormu.” lagi-lagi jawaban Kyuhyun menjengkelkan. Demi tuhan, apa salah gadis itu padanya?

“Intinya, Ahn Hyerin, sekarang bersiap-siaplah. Aku akan menjemputmu sebentar lagi.”

“T-Tapi sekarang aku sedang diㅡ” kalimat Hyerin terpotong karena sambungan mereka terputus. Gadis itu memasukan kembali ponselnya dengan kesal lalu menghela nafas panjang, Cho Kyuhyun benar-benar seenaknya. Mungkin sebentar lagi ia akan gila memikirkan ini semua.

*

“Jadi Eonni dan Kyuhyun saem akan menikah? Kenapa eonni tidak memberitahuku?” Yeseul menyambut kakaknya yang baru masuk ke ruangannya dengan memelototinya.

“Aku takut saat itu kau tidak setuju, aku ingin memberitahumu tapi aku lupa bahwa hari ini adalah hari H nya.. Begini Yeseul..” Hyerin duduk dipinggir ranjang pasien dan menatap manik Yeseul lekat-lekatㅡ seolah berusaha membuat adiknya itu mengerti.

“Aku membuat perjanjian dengannya. Jika aku menikah dengannya, dia akan membayar semua biaya operasi dan rawat inapmu.. dan juga..”

“Dan apa eonni?”

“Dan dia akan memberi semua yang kita mau. Mewujudkan semua impian-impian kita.” Jelas Hyerin, Namun anehnya Yeseul sama sekali tidak terlihat gembira.

“Tapi eonni..” sergah Yeseul. “Apakah eonni mencintainya?”

Pertanyaan yang meluncur dari bibir polos adiknya itu sempat membuat Hyerin terdiam sebelum akhirnya dia menggeleng pelan. “Kami tidak saling mencintai.” Mungkin hanya terkadang senyuman dan suaranya membuat jantungku berdebar-debar dan kata-katanya yang tak terduga sering membuatku tersenyum. Tapi itu bukan yang dinamakan cinta kan? “Sudahlah.” kata Hyerin seraya turun dari ranjang lalu meraih koper di lantai dan memasukkan baju-baju didalam lemari kedalamnya.

“Sebaiknya kita bersiap-siap sekarang.”

“Ne, eonni. Aku mau ganti baju dulu.” jawab Yeseul sambil melangkah kearah kamar mandi pasien. Sementara itu Hyerin mulai mencari-cari dress didalam kopernya dan memutuskan untuk memilih summer dress berwarna orange muda yang baru dibelinya kemarin demi bertemu dengan Kyuhyun serta keluarganya.

Gadis itu mencocokan lagi dress tersebut dengan tubuhnya didepan cermin. Apakah dress ini pantas untuk menemui keluarganya? Apakah yang akan dikatakan Cho Kyuhyun jika ia mengenakan dress seperti ini? Lalu tiba-tiba Hyerin tersadar akan yang dia lakukan. Sejak kapan ia berdandan untuk Cho Kyuhyun? Pria yang selalu membuatnya kesal?

*

“Mansion?” mata Hyerin terbelalak begitu mereka sampai didepan bangunan bergaya era Victoria. Tak diragukan lagi, Cho Kyuhyun memang benar-benar kaya raya. Apa jangan-jangan Jeon juga anak orang kaya? Karena mansion ini terletak didekat gang yang Jeon lewati tadi siang. Tapi tidak mungkin, Walaupun penampilan Jeon sangat berpendidikan dan bersih, gaya Jeon terlihat sederhanaㅡ bahkan cenderung apa adanya. Berbanding terbalik dengan Cho Kyuhyun yang perfeksionis dan mencintai kemewahan.

“Wae? Ini hanya untuk sementara.” ujar Kyuhyun santai.

“A-Apa maksudmu sementaraㅡ” Jangan bilang kau akan menelantarkanku setelah in?

“Lihat saja nanti. Kajja, ada yang sudah menunggumu.” ujar Kyuhyun sambil berjalan memasuki pintu mansion. Seiring membuntuti pria itu, Hyerin menggenggam tangan Yeseulㅡ udara dingin didalam mansion yang menusuk kulit membuat ia sedikit gemetar. Tapi ia tidak yakin, apakah ia gemetar karena udara dingin, atau karena nervous.. mengingat sebentar lagi ia akan bertemu darah daging Kyuhyun? ia dengar-dengar anak Kyuhyun sudah besar, dan Hyerin sangat takut anak itu menolaknya mentah-mentah.

“Eonni, tanganmu dingin.” komentar Yeseul yang menyadari kegugupan Hyerin. Kakaknya itu tidak menjawab, hanya mengeratkan genggamannya ketika Kyuhyun mulai membuka kunci pintu kamar bernomor 105.

CKLEK

Kyuhyun menuntun Hyerin dan adiknya menelusuri ruang tamu rumahnya yang mewah.

Tiba-tiba derap kaki dari arah dapur membuat ketiganya menoleh.
Hyerin benar-benar tidak tahu apa yang terjadi tapi jantungnya berdegup kencang begitu sosok pria muda berpakaian formal turun dari tangga. Matanya melebar tidak percaya saat menyadari siapa sosok itu sebenarnya. Yang lebih mengejutkan pria itu juga memasang ekspresi yang tidak jauh beda dengannya saat mata mereka bertemu.

“Jeon, Kenalkan ini Hyerin saem, eomma barumu.” kata Kyuhyun saat mengenalkan sosok itu yang tidak lain adalah Jeon, murid terdekat Hyerin yang baru saja menyatakan perasaanya tadi siang.

DEG!! darah Hyerin berdesir hebat, ia benar-benar tidak percaya, dan tidak tahu apa yang dia lakukan saat ini. Jika ia tahu Jeon adalah anak dari Cho Kyuhyun; calon suaminya, ia tidak akan pernah sekalipun berbicara dengannya. Sementara namja itu tidak menjawab, matanya masih menatap gadis didepannya penuh kecewa

“Wae? Dia guru lukis dikelasmu kan, Jeon? Kuharap kalian bisa akrab karena Hyerin-saem juga bertugas menjagamu disekolah.” Hyerin buru-buru mengubah ekspresinya saat Kyuhyun meliriknya. Tentu saja dia tidak ingin Kyuhyun tahu soal kedekatannya dengan Jeon lalu diusir saat ini juga. Hyerin hanya tersenyum walaupun ia merasakan tubuhnya melemas, mungkin sebentar lagi ia akan pingsan melihat anak laki-laki malang didepannya yang hampir menangis.

Suasana menjadi sangat tegang, Hyerin yakin Kyuhyun juga merasakan atmosfer canggung diantara mereka. Namun pria itu tetap tenang seakan sudah pernah mengalami hal seperti ini berulang kali. Mendadak Jeon berbalik arah, berlari meninggalkan mereka.

“Jeon!!” Hyerin berteriak dengan suara serak karena dadanya sesak.

“Anak itu benar-benar tidak sopan, masih belum berubah juga..” Kyuhyun memijat dahinya. Dia terlihat seperti sudah memaklumi saat Jeon meninggalkannnyaㅡ bahkan lebih terlihat seperti tidak peduli.

-To Be Continued-

339 thoughts on “Conditional Marriage [Chapter 1]

  1. Astaga ternyata jeon anaknta kyuhyun
    Duhhh kasian jeon tapi kok kyuhyun udah langsung mau nikah aja baru juga istrinya meninggal sebulan yg lalu

  2. Ff nya keren kakkk
    Ini alur ceritanya complicated kayaknya sihh ya
    Sebenernya sihh udah agak yakin waktu kyu bilang mau dikenalin sama anaknya . ternyata bener jeon anaknya kyuu
    Keep writing kak
    Fighting…

    1. “Calon anak tiriku yg mencintaiku” duuuuh berat klo di kasih judul gitu😆😆 kesian jeon cewek yg di sukainya malah di embat bapaknya😣
      Ga aneh si klo jeon ganteng , bapaknya ajj bikin jerit2😂😂 klop dah konfliknya bakal bikin ketagihan nih thor😋😁

  3. hallo salam kenal aku reader baru 😊
    cerita’y seru nihh..si hyerin guru di sekolah’y kyu yaaa..duhh ternyata si jeon anak’y kyu smkin rame ini karena si jeon ternyata suka sm hyerin..gimana jadi’y yaa si jeon penasaran sm jeon mau nerima hyerin sbg ibu’y apa ga…

  4. Dari awal ceritanya sedikit demi sedikit udah bagus
    Alurnya Pas
    Sama tokohnya sifat2nya sudah pas
    Gimana lanjuttannya???

  5. kerenn. jadi si hyerin masih muda banget? ugh ini yg aku suka, nikah sama ahjussi kk. jangan sampe si jeon jatuh cinta sm Hyerin dan tolong buat si gembul cho jangan dingin dingin kek didlm kulkas, jadi kesel liatnya akutuh

  6. Gw udah firasat kalo Jeon bakal suka sama Hyerin, cuma nggak nyangka aja kalo Jeon itu anaknya Kyuhyun, hadeeuuuhh
    Kasian juga si Jeon patah hatinya tragis juga
    Btw, gw penasaran sama kisahnya Kyuhyun sama ibu kandungnya Jeon. Kenapa Kyuhyun nelantarin istrinya?
    Fighting and keep writing!!!

  7. Yaaa pas banget ya si jeon anaknya kyuhyun.. ihhhh takdir benar2 bermain ya hyerin hehe
    Btw aku reader baru nih kak.. salam kenal ya

  8. Keren eonn. Kayak ny jeon itu anak kyuhyun deh. Ooh iya eonn munta password chapter 4 sama 5 ny eonn

  9. Ternyata Jeon anaknya mbul …. btw, istrinya Kyu itu meninggalnya kasian dech .

    Apa yg akan terjadi dengan hyerin selanjutnya. ..

  10. Hy salam kenal aku reader baru disini izin baca karya2nya ya🙇 pertama baca kirain bakal ngbosenin karena baru kali ini aku baca ff karakter kyuhyun sebagai kepala sekolah tpi pas baca sampe akhir langsung semangat and jatuh cinta lagi deh😄😆

Leave a reply to hyerina Cancel reply